Ormas Islam Dicaplok Musuh Islam Lewat Muktamar
Musibah bagi Umat Islam Indonesia kemungkinan akan tambah mendera. Betapa tidak. Dua ormas besar Islam, NU dan Muhammadiyah, ditengarai akan dicaplok Antek Syiah, Liberal, dan Jaringan Yahudi lewat Muktamarnya masing-masing pekan pertama Agustus 2015.
Baca
artikel selengkapnya di SEJARAH
KARBALA tafhadol
Sedang Muhammadiyah akan bermuktamar di Makassar 3-7 Agustus 2015.
Dikabarkan, Muhammadiyah kini memiliki tiga calon yang akan dipilih dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar 3-7 Agustus 2015, mereka itu tampaknya terindikasi bahkan terkontaminasi faham sesat yang mengusung syiah dan faham liberal yang telah diharamkan MUI, bahkan diduga sebagai Jaringan Yahudi.
Ada yang terang-terangan menentang fatwa sesatnya syiah. Ada yang dengan gaya liberalnya mencela Islam dengan apa yang dia sebut Islam Syari’at. Dan ada yang menganggap syiah itu tidak berbeda secara prinsipil dengan Islam, dan dibalik itu dia mesra dengan Yahudi, hingga diduga sebaga jaringan Yahudi di Indonesia.
Mereka itu adalah:
Prof Dr Syafiq A Mughni (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni University of California dan Pesantren Persis),
Dr Haedar Nashir (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni Fisipol UGM)
dan Dr Abdul Mu’thi (Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni Flinders University Australia).
Celoteh mereka cukup menyakitkan. Di antaranya:
“Dari sudut ajaran Islam, saya memang tidak sepakat dengan Syiah, tapi perbedaan itu juga ada dalam paham-paham lain yang ada di dalam Islam,” kata Prof Dr Syafiq A Mughni.
Syafiq juga pernah berkunjung ke Israel, bahkan diberitakan sebagai sosok yang jadi jaringan Yahudi di Indonesia (?), sebagimana berita “Siapa Saja Jaringan Israel di Indonesia?” ini:
Tokoh Muhammadiyah yang pernah berkunjung ke Israel diantaranya Syafiq Mugni, Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Dari PP Muhammdiyah Dr. Habib Cirzin pernah pula berkunjung ke Israel.
Syafiq Mugni Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, saat bertemu dengan Shimon Peres menghadiahkan kepada Peres sebuah tutup kepala yang dikenal bernama ”kippa” bertuliskan kata “shalom“, yang dalam bahasa Ibrani artinya ”kedamaian”. Para tamu Indonesia itu tampak gembira sekali ketika Peres langsung memasang kippa tersebut di kepalanya.
Selanjutnya, mereka melanjutkan pembicaraan seputar berbagai topik termasuk ekonomi, politik, agama dan perayaan hari jadi Israel ke 60 bulan Mei 2008 mendatang. Bahkan, kemungkinan membuka hubungan diplomatik antara Indonesia-Israel.
Shimon Peres menyatakan, Israel berbahagia bisa berhubungan dengan Indonesia serta mengundang para pemimpinnya. Peres akan mengundang kembali para tokoh Indonesia untuk doa perdamaian di saat Negeri Zionis ini akan memperingati hari jadinya ke 60 nanti bulan Mei 2008. Dalam kesempatan itu, Peres juga mengatakan, musuh Israel bukanlah Islam, tapi “teror”, ucapnya.
Syafiq Mugni dalam kesempatan itu menjelaskan tentang Indonesia menyangkut perkembangan ekonominya, demokrasi dan sistem kependidikannya. Menurut Syafiq, dirinya berharap Muslim Indonesia semakin toleran, meski sebagaian juga masih ada yang menentang demokrasi. Sementara itu, Wakil NU Abdul A’la (kini menjabat rector di IAIN Surabaya?, red nm) mengakui masih ada kelompok kecil “ekstrimis” Muslim di Indonesia
Sementara itu Dr Haedar Nashir, sangat ‘enggan’ bicara soal Syiah bahkan karya besarnya malah menyorot soal Islam Syariat. Haidar pun menyatakan perlu diwaspadai tumbuhnya gerakan Islam Syariat.
Bagaimana dengan calon kuat ketiga yakni Dr. Abdul Mu’thi soal Syiahnya a.l.: Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi menolak adanya fatwa sesat terhadap Syiah dari lembaga keagamaan mana pun di Indonesia, termasuk Majelis Ulama Indonesia.
Demikianlah, Umat Islam Indonesia akan ditambahi dengan pemimpin Ormas Islam yang justru dapat diduga tidak akan menguntungkan Islam, tetapi menguntungkan musuh-musuh Islam.
Oleh karena itu ada ulasan yang beredar, di antaranya tulisan berikut ini.
***
AWAN MENDUNG HITAM MENYELIMUTI MUHAMMADIYAH MASA DEPAN?
MENCOBA MENYELUSURI PARA TOKOH CALON KETUA UMUM MUHAMMADIYAH 2015, WOW
“Tiga tokoh tersebut adalah Prof Dr Syafiq A Mughni (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni University of California dan Pesantren Persis), Dr Haedar Nashir (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni Fisipol UGM) dan Dr Abdul Mu’thi (Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni Flinders University Australia),” jelas Najib.
“Pak Syafiq mempunyai jaringan ke luar dan ke dalam. Mas Mu’thi, masih muda dan lincah. Sedangkan Pak Haedar Nashir menjaga kekuatan ke dalam,” kata mantan anggota KPU Provinsi Jatim itu.
Dari ketiga ‘jago’ calon Ketua Umum Muhammadiyah kita ingin menelusuri bagaimana pendapatnya soal Agama Syiah. Seperti Prof. Dr, Syafiq A Mughni soal Syiah yang amat digadang-gadang calon kuat Ketua Umum Muhammadiyah 2015 walaupun basis almamater pendidikannya bukan berasal sekolah atau pesatren asli Muhammadiyah sbb.:
“Syiah memang lebih cenderung kepada amaliah yang terkait langsung dengan Ali bin Abi Thalib, tapi hal itu bukan berarti sesat, karena itu hanya konsekuensi dari sebuah kultus individu,” Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni di Surabaya sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (29/8).
Menurut Syafiq, perbedaan yang sangat menonjol terkait Syiah itu masalah kepemimpinan setelah Nabi Muhammadiyah harus dijabat Ali bin Abi Thalib.
“Dari sudut ajaran Islam, saya memang tidak sepakat dengan Syiah, tapi perbedaan itu juga ada dalam paham-paham lain yang ada di dalam Islam,” katanya
Calon kuat lainnya DR. Haidar Nashir, walau pun ejak kecil Haedar memang aktif di organisasi Muhammadiyah, tahun 1977 saat duduk di bangku SMA, Haedar sudah aktif di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Bandung, Jawa Barat. Bahkan sejak masuk kuliah di STPMD, Haedar tetap aktif di IPM DIY dan berlanjut di Pemuda Muhammadiyah.
Dari hasil telusuran dari google terkesan tokoh yang satu ini sangat ‘enggan’ bicara soal Syiah bahkan karya besarnya malah menyorot soal Islam Syariat seperti yang diulas oleh a.l.
Budhy Munawar-Rachman menelaah bedah buku Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama Jakarta (27 Pebruari 2014), untuk memahami lebih jauh dan mendalam karya Dr. Haedar Nashir, Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia (Bandung: Mizan, 2013).
Diharapkan tulisan ini dapat membantu mengerti kedalaman analisis yang telah dikembangkan oleh Haedar Nashir, dan dari sini mengembangkan lebih lanjut studi-studi mengenai gerakan, yang disebut oleh Haedar Nashir sebagai ”Islam Syariat.”
Dari uraian di atas, kita dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa tujuan utama dari gerakan Islam Syariat adalah membangun dan mendirikan negara Islam. Keyakinan mereka tegas, bahwa ajaran Islam adalah sudah lengkap, sempurna dan mencakup segala macam persoalan. Semua gerakan dan pikiran diarahkan untuk menegakkan syariat Islam. Kelompok yang tidak sejalan dengan keyakinannya sering diberi label sebagai musyrik, kâfir, fâsik dan dzâlim. Menolak, tidak setuju atau membantah cara pandang ini, menurut mereka, sudah masuk dalam katagori musyrik jahiliyah, sebab telah dianggap menyekutukan Tuhan dengan mengakui otoritas selain-Nya dan menggunakan sistem selain sistem-Nya.
Dari argumen Haedar Nashir, tampaknya secara sosiologis bisa ditelusuri bahwa munculnya Islam Syariat adalah suatu reaksi terhadap masalah-masalah yang mengiringi modernitas, yang dianggap keluar terlalu jauh dari ajaran Islam. Kecenderungan ini merupakan gejala ideologi, yang merupakan respon terhadap pandangan benturan antarbudaya (the clash of civilization). Kemunculan Islam Syariat merupakan perlawanan terhadap modernitas dan masyarakat sekuler, khususnya dalam kehidupan sosial-politik, dengan cara melakukan kekerasan politik, sampai penggunaan teror.
Dalam sebuah pemberitaan terbaru, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan ada banyak kebijakan yang tertuang dalam bentuk peraturan-peraturan daerah (perda) syariah yang mengandung unsur-unsur diskriminatif bahkan mendorong terciptanya kekerasan di wilayah publik.
Haidar pun menyatakan perlu diwaspadai tumbuhnya gerakan Islam Syariat, yakni faksi yang mengusung semangat anti-nasionalisme, anti-demokrasi, dan menolak konsep negara-bangsa yang secara utopia mencoba menghidupkan kembali isu Negara Islam atas dasar sistem Khilafah Islam.
Faksi Islam Syariat ini, menurutnya juga mengidap apa yang disebut sebagai hypocracy in democracy, kemunafikan terhadap demokrasi. Di satu sisi secara tegas menolak demorkasi tetapi menikmati kehidupan di bawah alam demokrasi.
Bagaimana dengan calon kuat ketiga yakni Dr. Abdul Mu’thi soal Syiahnya a.l.: Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi menolak adanya fatwa sesat terhadap Syiah dari lembaga keagamaan mana pun di Indonesia, termasuk Majelis Ulama Indonesia. Menurut dia, fatwa sesat dari MUI di sejumlah daerah, seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, terbukti menjadi alat melegitimasikan kekerasan terhadap pengikut Syiah dan memicu konflik horizontal antar umat Islam. “Fatwa dari mana pun harus tidak untuk mengkafirkan dan menyesatkan,” ujar Muthi kepada Tempo, Kamis, 19 Desember 2013.
Muthi menanggapi desakan Front Jihad Islam (FJI) yang mendesak MUI DIY mengeluarkan fatwa sesat terhadap aliran Syiah di Yogyakarta. FJI mengklaim mencatat 10 organisasi berhaluan Syiah di DIY. (Baca: Front Jihad Desak MUI Yogya Nyatakan Syiah Sesat)
Menurut Muthi, fatwa sesat itu berpotensi besar menimbulkan persoalan kebangsaan serius di Indonesia. Lembaga seperti MUI di daerah mana pun sebaiknya tidak lagi mengeluarkan fatwa penyesatan, khususnya untuk Syiah. Alasannya, hal itu memperbesar konflik antar umat Islam. “Umat Islam sudah mengalami banyak situasi sulit dan persoalan, jangan ditambah dengan masalah-masalah seperti ini,” ujar dia.
Dijelaskan secara rinci oleh Habib Rizieq, sosok yang berada di sebelah kirinya adalah Ayatullah Ali Tashkiri, seorang ulama Syiah Iran yang sering mewakili Iran dalam dialog internasional Sunni-Syiah. Menurut Habib Rizieq, Tasykiri adalah seorang Syiah moderat yang juga sering disebut Syeikh Dr Yusuf Al Qaradhawi dalam kitabnya.
Sementara di sebelah kanannya, kata Habib Rizieq, adalah seorang ulama Sunni bermazhab Hanafi. “Ana lupa namanya,” kata Habib Rizieq.
Di ujung kanan adalah Dr. Abdul Mu’thi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah. Mu’thi sekarang menjabat sebagai Sekretaris PP Muhammadiyah. Sementara di sebelahnya adalah Usman Shahab, seorang ustad Syiah di Indonesia.
Berada di ujung kiri adalah Imam Addaraquthni, seorang tokoh muda Muhammadiyah pendiri Partai Matahari Bangsa (PMB). Selain di Muhammadiyah, Imam sekarang adalah Sekretaris Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Selanjutnya Habib Rizieq menjelaskan, di belakang Hadad Alwi berdiri Sekjen PBNU Ir H Iqbal Sulam. Iqbal sekarang menjabat sebagai salah satu Ketua PBNU. Sementara duduk di bagian depan adalah Anggota Presidium MER-C dr Joserizal Jurnalis, bersama Hasan Dalil, seorang tokoh Syiah Indonesia.
“Kenapa Ustadz? Apa ada yang aneh? Kan ana sudah kasih tahu secara terbuka bahwa ana dkk pernah ke Iran beberapa tahun lalu? Apa ada yang sengaja eksploitasi foto tersebut untuk benarkan tuduhan ana Syiah? Mereka bodoh dan kekanak-kenakanan Ustadz. Jangan panik,” kata Habib dalam broadcast-nya kepada Pemimpin Umum Suara Islam KH Muhamad Al Khaththath yang menanyakan perihal foto tersebut.
Suka atau tidak suka dengan para calon tersebut semua tergantung pada utusan peserta yang berhak untuk memilih plus di bawah Ketua Panitia Pemilihan Anggota Pimpinan Pusat Muktamar ke-47 Muhammadiyah.
Saya berharap dalam muktamar Muhammadiyah yang akan datang bisa:
Workshop Registrasi Online Muktamar Muhammadiyah ke-47 dan Muktamar Aisyiyah ke-47 di Unismuh Makassar pada Minggu (11/1/2015).
Elfizon AnwarSuara Muhammadiyah
28 April · Kota Tangerang ·
(nahimunkar.com)
Diharapkan tulisan ini dapat membantu mengerti kedalaman analisis yang telah dikembangkan oleh Haedar Nashir, dan dari sini mengembangkan lebih lanjut studi-studi mengenai gerakan, yang disebut oleh Haedar Nashir sebagai ”Islam Syariat.”
Dari uraian di atas, kita dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa tujuan utama dari gerakan Islam Syariat adalah membangun dan mendirikan negara Islam. Keyakinan mereka tegas, bahwa ajaran Islam adalah sudah lengkap, sempurna dan mencakup segala macam persoalan. Semua gerakan dan pikiran diarahkan untuk menegakkan syariat Islam. Kelompok yang tidak sejalan dengan keyakinannya sering diberi label sebagai musyrik, kâfir, fâsik dan dzâlim. Menolak, tidak setuju atau membantah cara pandang ini, menurut mereka, sudah masuk dalam katagori musyrik jahiliyah, sebab telah dianggap menyekutukan Tuhan dengan mengakui otoritas selain-Nya dan menggunakan sistem selain sistem-Nya.
Dari argumen Haedar Nashir, tampaknya secara sosiologis bisa ditelusuri bahwa munculnya Islam Syariat adalah suatu reaksi terhadap masalah-masalah yang mengiringi modernitas, yang dianggap keluar terlalu jauh dari ajaran Islam. Kecenderungan ini merupakan gejala ideologi, yang merupakan respon terhadap pandangan benturan antarbudaya (the clash of civilization). Kemunculan Islam Syariat merupakan perlawanan terhadap modernitas dan masyarakat sekuler, khususnya dalam kehidupan sosial-politik, dengan cara melakukan kekerasan politik, sampai penggunaan teror.
Dalam sebuah pemberitaan terbaru, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan ada banyak kebijakan yang tertuang dalam bentuk peraturan-peraturan daerah (perda) syariah yang mengandung unsur-unsur diskriminatif bahkan mendorong terciptanya kekerasan di wilayah publik.
Haidar pun menyatakan perlu diwaspadai tumbuhnya gerakan Islam Syariat, yakni faksi yang mengusung semangat anti-nasionalisme, anti-demokrasi, dan menolak konsep negara-bangsa yang secara utopia mencoba menghidupkan kembali isu Negara Islam atas dasar sistem Khilafah Islam.
Faksi Islam Syariat ini, menurutnya juga mengidap apa yang disebut sebagai hypocracy in democracy, kemunafikan terhadap demokrasi. Di satu sisi secara tegas menolak demorkasi tetapi menikmati kehidupan di bawah alam demokrasi.
Bagaimana dengan calon kuat ketiga yakni Dr. Abdul Mu’thi soal Syiahnya a.l.: Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi menolak adanya fatwa sesat terhadap Syiah dari lembaga keagamaan mana pun di Indonesia, termasuk Majelis Ulama Indonesia. Menurut dia, fatwa sesat dari MUI di sejumlah daerah, seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, terbukti menjadi alat melegitimasikan kekerasan terhadap pengikut Syiah dan memicu konflik horizontal antar umat Islam. “Fatwa dari mana pun harus tidak untuk mengkafirkan dan menyesatkan,” ujar Muthi kepada Tempo, Kamis, 19 Desember 2013.
Muthi menanggapi desakan Front Jihad Islam (FJI) yang mendesak MUI DIY mengeluarkan fatwa sesat terhadap aliran Syiah di Yogyakarta. FJI mengklaim mencatat 10 organisasi berhaluan Syiah di DIY. (Baca: Front Jihad Desak MUI Yogya Nyatakan Syiah Sesat)
Menurut Muthi, fatwa sesat itu berpotensi besar menimbulkan persoalan kebangsaan serius di Indonesia. Lembaga seperti MUI di daerah mana pun sebaiknya tidak lagi mengeluarkan fatwa penyesatan, khususnya untuk Syiah. Alasannya, hal itu memperbesar konflik antar umat Islam. “Umat Islam sudah mengalami banyak situasi sulit dan persoalan, jangan ditambah dengan masalah-masalah seperti ini,” ujar dia.
Dijelaskan secara rinci oleh Habib Rizieq, sosok yang berada di sebelah kirinya adalah Ayatullah Ali Tashkiri, seorang ulama Syiah Iran yang sering mewakili Iran dalam dialog internasional Sunni-Syiah. Menurut Habib Rizieq, Tasykiri adalah seorang Syiah moderat yang juga sering disebut Syeikh Dr Yusuf Al Qaradhawi dalam kitabnya.
Sementara di sebelah kanannya, kata Habib Rizieq, adalah seorang ulama Sunni bermazhab Hanafi. “Ana lupa namanya,” kata Habib Rizieq.
Di ujung kanan adalah Dr. Abdul Mu’thi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah. Mu’thi sekarang menjabat sebagai Sekretaris PP Muhammadiyah. Sementara di sebelahnya adalah Usman Shahab, seorang ustad Syiah di Indonesia.
Berada di ujung kiri adalah Imam Addaraquthni, seorang tokoh muda Muhammadiyah pendiri Partai Matahari Bangsa (PMB). Selain di Muhammadiyah, Imam sekarang adalah Sekretaris Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Selanjutnya Habib Rizieq menjelaskan, di belakang Hadad Alwi berdiri Sekjen PBNU Ir H Iqbal Sulam. Iqbal sekarang menjabat sebagai salah satu Ketua PBNU. Sementara duduk di bagian depan adalah Anggota Presidium MER-C dr Joserizal Jurnalis, bersama Hasan Dalil, seorang tokoh Syiah Indonesia.
“Kenapa Ustadz? Apa ada yang aneh? Kan ana sudah kasih tahu secara terbuka bahwa ana dkk pernah ke Iran beberapa tahun lalu? Apa ada yang sengaja eksploitasi foto tersebut untuk benarkan tuduhan ana Syiah? Mereka bodoh dan kekanak-kenakanan Ustadz. Jangan panik,” kata Habib dalam broadcast-nya kepada Pemimpin Umum Suara Islam KH Muhamad Al Khaththath yang menanyakan perihal foto tersebut.
Suka atau tidak suka dengan para calon tersebut semua tergantung pada utusan peserta yang berhak untuk memilih plus di bawah Ketua Panitia Pemilihan Anggota Pimpinan Pusat Muktamar ke-47 Muhammadiyah.
Saya berharap dalam muktamar Muhammadiyah yang akan datang bisa:
- Mampu memilih ketua umumnya yang MUSLIM lagi istiqamah sekaligus sebagai KHALIFAH dalam organisasi ini sesuai dengan tuntunan Islam yang memberikan pencerahan a.l. semangat kekhalifahan QS. 38:26, 6:165 dan 35:39. Jangan sampai terpilih ketua umumnya seperti ormas tetangga sebelah kita;
- Mampu mencetak kader politisi dan teknokrat lainnya yang benar-benar berjiwa Muslim Muhammadiyah sehingga tidak ada lagi kader yang jadi sekuler atau liberal atau aliran agama lainnya seperti agama syiah atau ahmadiyahnya? kader Muhammadiyah mampu mengisi dan menjadi pemimpin parpol apa saja sepanjang tidak melanggar prinsip ajaran Islam dan semangat kemuslimannya.
- Selain menyusun program kerja yang erat kaitannya dengan kemaslahatan umat misalnya bisnis, kesejahteraan dan kesehatan serta kependidikkan dsb, juga pembenahan organisasi secara jelas, transparan dan terkendali serta terotonomisasi. jangan lupa membenahi aset kekayaan dan harta Muhammadiyah dengan menciptakan paket aplikasi inventarisasi aset dan kekayaan Myhammadiyah secara terpadu dan terintegrasi se nasional.
- Menyederhanakan penyelenggaraan muktamar sehingga tidak terkesan hura-hura dan mewah seperti pengurangan peserta muktamar, ya cukup yang ikut sebagai utusan muktamar dari level provinisi saja tak perlu lah utusannya sampai kabupaten/kota.
Workshop Registrasi Online Muktamar Muhammadiyah ke-47 dan Muktamar Aisyiyah ke-47 di Unismuh Makassar pada Minggu (11/1/2015).
Elfizon AnwarSuara Muhammadiyah
28 April · Kota Tangerang ·
(nahimunkar.com)
Bismillah...
Langsung aja yaa....
Tolong berikan komentar dari tiap blog yang ana list di bawah ini dengan akun facebook atau akun gmail anda.. bagi yang ngerti mungkin paham, tapi bagi yang tidak mengerti....afwan ana tidak bisa menyebutkan alasannya... tapi jika kalian para ahlul sunnah peduli akan kesesatan syiah.. berikan saja komentar di tiap blog dan jangan lupa sebarkan kesetiap muslim dipertemanan anda...
Jangan Lupa pula copas link di bawah ini ke dalam artikel blog antum semua
nb: silakan buka artikelnya baru bisa komentar ...
Atas supportnya Jazakalloh..
by.... Denyut Nadi
Post A Comment:
0 comments: